Friday, 8 June 2012

Mereka yang Terpaksa Bilang “Say No to Holidays”




Libur telah tiba…libur telah tiba…hore…hore…hore!Merupakan penggalan lirik sebuah lagu anak yang dibawakan oleh Tasya. Siapa yang tidak senang menyambut kedatangan “satu kata” ini? Lantas, apa yang akan dilakukan Anda segera setelah ia datang? Memesan tiket pesawat dan hotel secepatnya? Berkemas-kemas? Menikmati makanan-makanan unik khas daerah setempat?

Tapi tidak bagi mereka. Setiap pagi masih harus bangun cepat dan segera merapihkan diri, pergi terburu-buru melawan arus macet lalu lintas, pulang dalam keadaan lelah, bahkan sebagian ada yang harus sampai meninggalkan keluarga tercinta di malam hari untuk menjemput rejeki. Pernahkah terlintas di pikiran Anda ketika musim liburan tiba, mereka harus berlapang hati memberikan pelayanan kepada kita yang sedang bersantai-santai dengan omelan sana-sini karena pelayanan yang tidak memuaskan? Lantas, siapa saja sebenarnya mereka?

Profesi satu ini memang tugasnya terlihat remeh dan tidak memerlukan keahlian khusus, namun sebenarnya profesi ini membutuhkan banyak kekuatan dan kesabaran. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan jasmani, dan hidung. Mengapa hidung? Karena mereka harus menahan rasa jijik mereka ketika bau-bau tak sedap menghampiri. Kekuatan jasmani dibutuhkan untuk mereka mengangkut dan menahan beban berkilo-kilo di pundak. Kesabaran? Tentu saja! Siapa yang betah berada di tengah-tengah kotoran yang baunya tidak jelas seharian? Anda pasti sudah tahu bahwa profesi yang dimaksud disini adalah tukang sampah. Coba kalau mereka ikut-ikutan libur pada saat musim liburan, apa jadinya rumah Anda?

Pekerjaan mereka pasti akan sangat berat ketika tahun baru tiba, yaitu pada keesokan paginya. Setelah kita asyik tenggelam dalam hiruk pikuk kemeriahan malam pergantian tahun, dengan segala yang kita tinggalkan begitu saja mulai dari terompet, petasan, sisa makanan, dan sebagainya, mereka “datang” sebagai sang juru selamat. Di saat orang-orang masih terlelap karena lelah setelah pesta semalam, para penyapu jalananharus menahan kantuk membersihkan seluruh kota dari pemandangan tak sedap. Bayangkan bila merekapun ikut “terlelap”! Wah, siap-siap saja terjebak macet total karena sampah menggunung dimana-mana, plus “mabuk” luar biasa mengingat bau yang tak sedap.

Memang kini ada beberapa restoran dimana pembeli dapat mengambil sendiri makanan apa yang diinginkannya, lalu memasaknya sendiri juga. Tapi tidak berarti restoran itu lantas tidak “berpenghuni” bukan? Tetap saja harus ada beberapa petugas yang mendampingi Anda dalam memilih-milih makanan, memberi masukan makanan “juara” restoran tersebut, atau sekedar memberi seulas senyuman untuk menunjukkan keramahan dan rasa welcome yang mewakili pihak restoran, meskipun mungkin pada saat itu hati mereka tidak sedang tersenyum karena ini adalah tanggal merah! Kalau Anda mau mengomel soal pelayanan atau rasa makanan yang kurang memuaskan, atau ketika Anda akan membayar semua tagihan, kemana Anda akan pergi kalau bukan ke petugas atau penjaga restoran?
Asyiknya jalan-jalan di mall. Meskipun uang tidak cukup di kantong, toh kita masih bisa keliling-keliling butik untuk memuaskan hati. Sementara kita asyik berlalu-lalang, ada beberapa orang berseragam yang mondar-mandir membawa alat penyedot debu, pembersih lantai, tong sampah besar, dan peralatan “tempur” yang “bertengger” di kantong besar yang menempel di pinggang. Mereka sudah pasti tidak sedang berjalan-jalan sambil melihat-lihat butik. Petugas kebersihan ini pasti akan selalu ada di tempat-tempat umum seperti mall, bank, dan sebagainya, dengan seragam sesuai perusahaan yang mempekerjakan mereka. Sudah terbayangkan oleh Anda bukan kalau mereka semua (tidak terkecuali) juga ikut “bergentayangan” di mall-mall seperti yang Anda lakukan? Bukannya asyik menikmati etalase butik, tapi Anda harus sibuk terus melihat ke arah lantai untuk menghindari lantai-lantai yang kotor agar tidak tergelincir atau menginjak sesuatu.
“Halo! Pa…tiket ke Bali udah pesan? Kalau hotel gimana?” Kalimat seperti ini sudah lumrah terdengar bagi keluarga yang sedang sibuk melakukan persiapan menyambut liburan. Tapi kalau kalimat yang mereka ucapkan adalah “Selamat pagi, dengan…bisa dibantu?” Anda pasti sudah familiar dengan kalimat tersebut yang sering diucapkan oleh para Call Center Operator. Setiap kali Anda memiliki keluhan, pertanyaan, pasti merekalah yang Anda tuju pertama kali. Mereka dituntut menjadi seorang “dewa” dalam waktu singkat, yang harus dapat memberi jawaban dan solusi bagi setiap masalah dan keluhan yang Anda lontarkan. Kalau merekapun kasak-kusuk memusingkan soal tiket, hotel dan sebagainya seperti yang Anda lakukan pada musim liburan, hmmm…apa jadinya liburan Anda yang dipenuhi masalah menggantung seperti kartu provideryang tidak bekerja optimal, kartu ATM tertelan, dan sebagainya? Jawabannya hanya satu. Kacau!
Sebenarnya masih banyak profesi di luar sana yang harus merelakan hari “merah” mereka. Artikel ini hanya bertujuan sebagai bahan renungan bagi kita semua yang bukan berprofesi seperti di atas. Masih haruskah kita memarahi dan melontarkan omelan terhadap ketidak-optimalan mereka dalam memberikan pelayanan? Termasuk Pak Polisi...

No comments: