Ternyata 5 Presiden Indonesia Pernah Tertipu
Sejumlah ilmuwan
menilai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'tertipu' dalam kasus blue
energy (energi biru). Seorang pria asal Nganjuk, Joko Suprapto, mengaku bisa
memproduksi minyak mentah dari air. Dari biang minyak itu bisa dihasilkan bahan
bakar sekelas minyak tanah hingga avtur. Presiden SBY yakin itu merupakan sumbangan
Indonesia bagi dunia, di tengah makin meroketnya harga minyak. Sementara,
negara dibikin pusing tujuh keliling oleh dampak dari kenaikan itu. Karuan
saja, sejumlah pihak, termasuk para ilmuwan, menyesalkan informasi yang belum valid
bisa diterima oleh SBY. Kabarnya Joko kini dilaporkan ke polisi.
Penipu 'masuk
Istana' ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada
tahun 1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada seseorang yang
mengaku Raja Kubu -- suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung, dia
memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah. Pasangan 'suami
istri' itu, entah bagaimana prosesnya, mendapat pemberitaan pers, termasuk
foto-foto keduanya. Maka, sejumlah pejabat negara memberikan penghormatan luar
biasa pada 'raja' dan 'ratu' tersebut. Rupanya ada seorang pejabat yang menghubungi
Presiden Soekarno dan kemudian memperkenalkannya. Di Istana, 'suami-istri' yang
sebenarnya adalah penarik becak dan pelacur itu sempat diterima sebagai tamu
kehormatan di Istana Merdeka. Mereka juga diberi uang, menginap dan makan
gratis di hotel-hotel mewah. Termasuk mengunjungi Kraton Yogyakarta dan
Surakarta. Kedok penipuan mereka terbongkar saat berjalan-jalan di Jakarta. Ada
seorang tukang becak yang mengenali 'Raja' Idrus, teman seprofesinya di Tegal.
Sedang sang 'maharani' juga terbongkar berprofesi sebagai pelacur kelas bawah
di kota yang sama. Konon, keduanya bertemu di sebuah warung kopi di Tegal.
Kemudian sepakat untuk menjalankan aksi penipuan itu. Keistimewaan Markomah
selalu memakai kaca mata hitam baik siang maupun malam. Rupanya sebelah matanya
picek.
Pada masa Soeharto,
di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya bernama Cut Zahara
Fona, asal Aceh. Meski tidak tamat SD, dia memiliki ide jenius. Dia, yang
selalu mengenakan kain batik, mengklaim bahwa janin yang ada diperutnya bisa
berbicara dan mengaji. Karuan saja, kabar itu menggegerkan masyarakat, apalagi
diberitakan secara luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian
ibukota terdongkrat naik, karena tiap hari membuat berita tentang 'bayi ajaib'
di perut Cut Zahara. Masyarakat yang banyak berdatangan pun rela untuk nguping
di perutnya yang dilapisi kain untuk mendengar 'bayi ajaib' itu berbicara atau
mengaji. Bukan hanya rakayat biasa, ada juga pejabat yang meyakininya. Termasuk
Wakil Presiden Adam Malik yang mengundang Cut Zahara ke Istana Wapres. Bahkan,
Menteri Agama KH Mohamad Dachlan termasuk orang yang meyakininya. Untuk
meyakininya, ia menyatakan bahwa Imam Syafi'ie selama tiga tahun berada di
kandungan ibunya. Cut Zahara Fona dan suaminya pernah diperkenalkan oleh
Sekdalopbang (Sekretaris Pengendalian Pembangunan) Bardosono kepada Presiden
Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Perkenalan ini dilakukan di Bandara Kemayoran
setelah keduanya tiba dari lawatan luar negeri. Tapi, rupanya Ibu Tien termasuk
orang yang kurang yakin terhadap 'bayi ajaib'-nya Cut Zahara Fona. Apalagi
wanita Aceh itu menolak ketika hendak diperiksa di RSCM. Konon, Ibu Tienlah
yang menggeledah dan mendapatkan bahwa bicara dan mengaji itu hanya berasal
dari tape recorder kecil yang disisipkan di perut Cut Zahara. Kala itu memang
belum banyak perekam suara sekecil milik Cut. Meskipun kedoknya terbongkar,
'bayi ajaib' tersebut bukan hanya mendapat perhatian masyarakat Indonesia, tapi
juga dunia internasional. Hingga ada permintaan dari Pakistan agar Cut dan
suaminya berkunjung ke sana. Bahkan, ada yang meramal 'bayi ajaib' itu, bila
lahir akan menjadi Imam Mahdi.
Setelah tidak
terdengar kasus Istana pada masa Presiden BJ Habibie, yang memang pendek masa
jabatannya, pada masa Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) kembali terjadi
penipuan yang mengaitkan Istana Negara. Pelakunya adalah Soewondo, yang biasa
keluar masuk Istana karena jadi tukang pijat Gus Dur. Orang yang dianggap
'dekat' dengan orang nomor satu di Indonesia itu berhasil menipu Yayasan Dana
Kesejateraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (BULOG) dan dituduh
membobol uang yayasan hingga Rp 35 miliar. Soewondo sempat kabur, namun
kemudian ditangkap polisi di kawasan Puncak, Jawa Barat. Pengadilan memvonisnya
3,5 tahun penjara. Kasus tersebut sempat menyita perhatian khalayak dan menjadi
senjata pamungkas bagi lawan-lawan politik Gus Dur, yang membantah telah
memerintahkan pencarian dana itu. Namun, akhirnya Gus Dur lengser juga dari
jabatannya gara-gara kasus yang dikenal dengan istilah Buloggate tersebut.
Pada masa Presiden Megawati, skandal 'penipuan'
kembali terjadi. Kali ini yang diperdaya adalah Menteri Agama Kiai Said Agil
Almunawar. Menteri yang bergelar profesor dan hafidz Alquran ini memimpin
penggalian situs di Batutulis Bogor yang diyakini memendam harta karun yang
nilainya dapat untuk membayar seluruh utang negara. Menurut Said Agil, Presiden
Megawati mengetahui rencana penggalian situs bersejarah yang konon peninggalan
Kerajaan Pajajaran itu. Sayangnya, harta karun yang dicari hanya pepesan
kosong. Said Agil sendiri kini masih ditahan dalam kasus tuduhan korupsi uang
haji. Moga-moga penghuni Istana yang menjadi lambang kebanggaan bangsa, negara
dan rakyat Indonesia, itu tidak lagi menjadi korban penipuan.
No comments:
Post a Comment