Para ilmuwan di Jepang telah mengadakan riset bahwa manusia
menampilkan cahaya dalam kuantitas kecil pada tingkatan yang bisa naik
dan turun per harinya.
Sebelumnya, sudah pernah ada penelitian
yang menyimpulkan bahwa tubuh manusia memancarkan cahaya yang terlihat
1.000 kali lebih redup dari tingkatan yang bisa terlihat oleh mata
telanjang yang sangat sensitif.
Faktanya,
secara virtual, seluruh makhluk hidup bisa memancarkan cahaya yang
sangat lemah yang diduga dihasilkan oleh reaksi bioproduk dari biokimia
yang menyertakan radikal bebas di dalamnya.
Untuk menganalisa
lebih jauh mengenai hal ini, Masaki Kobayashi dan timnya yang berasal
dari Tohoku Institute of Technology di Sendai, Jepang, mengadakan
penelitian lanjutan.
Dalam penelitian ini, mereka memanfaatkan
kamera sensitif yang mampu mendeteksi setiap satuan energi cahaya.
Sebanyak lima orang pria sehat berusia 20 tahun yang bertelanjang dada,
ditempatkan di depan kamera dalam sebuah ruangan yang sangat gelap.
“Mereka
ditempatkan dalam ruangan gelap gulita dan menghadap kamera selama 20
menit, setiap tiga jam sekali. Uji coba ini diterapkan selama tiga hari
dari pukul 10 pagi hingga 10 malam,” kata Kobayashi.
Hasil uji
coba menunjukkan, tubuh kelima pria tersebut nampak bersinar dan meredup
secara bergantian sepanjang hari. Titik minimum cahaya terjadi pada
pukul 10 pagi sementara titik maksimum pancaran cahaya terjadi pukul 4
sore hari. Artinya, pukul 10 pagi merupakan titik redup paling rendah
yang dipancarkan tubuh. Sebaliknya, sinar paling benderang yang
dihasilkan tubuh terjadi pada pada pukul 4 sore hari. Cahaya ini
kemudian secara bertahap akan meredup perlahan.
Para ilmuwan
memperkirakan, hal ini disebabkan oleh emisi cahaya yang berhubungan
dengan jam tubuh kita, yang kemungkinan besar terkait dengan bagaimana
fluktuasi irama metabolisme yang ditampilkan tubuh sepanjang hari.
No comments:
Post a Comment