Rusia, di era rezim komunis Uni Soviet benar benar membabat habis kehidupan beragama di negara itu. Semua masjid ditutup untuk kegiatan ibadah, sebagian dialih fungsi ke berbagai keperluan rezim berkuasa, sebagian lagi dibiarkan lapuk tak terawat. Termasuk masjid di Saint Petersburg yang ketika itu dijadikan sebagai gudang.
Saint Petersburg, Ibukota Rusia ketika masih berbentuk kekaisaran, kota yang di era Uni Soviet bernama Leningrat, nama yang dinisbatkan kepada bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir Lenin, disebut sebut sebagai kota terindah di Eropa, dengan gedung gedung berarsitektur menawan dan lanskap kota yang luar biasa. Salah satu bangunan indah diantara deretan arsitektur kota Leningrat adalah bangunan masjidnya.
Keindahan Leningrat inilah yang kemudian menarik minat Bung Karno atau Ir. Ahmad Soekarno, Proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia untuk berkunjung kesana dalam kunjungan resminya ke Uni Soviet bersama putri kecilnya Megawati Soekarno Putri.
Kunjungan Bung Karno yang hanya dua hari di Leningrat inilah yang kemudian mengubah sejarah. Perubahan indah yang menjadi kenangan manis bagi kaum muslimin di Saint Petersburg.
Masjid Saint Petersburg berlokasi di pusat kota Saint Petersburg, di lokasi simbolis, berseberangan dengan Benteng Peter dan Paul di pusat kota Saint Petersburg. Rusia.
Sejarah Masjid St. Petersburg
Masjid Saint Petersburg pertama kali dibangun tahun 1913 di pusat kota Saint Petersburg yang kala itu masih menjadi ibukota kekaisaran Rusia. Merupakan masjid terbesar di Eropa kala itu. Dibangun atas izin dari Tsar Rusia, Nicholas II, pendirian masjid ini diisbatan untuk memperingati 25 tahun berkuasanya Abdul Ahat Khan, Emir Turkistan di Bukhara.
Rencana pembangunan masjid Saint Petersburgsudah di gagas oleh komunitas muslim Saint Petersburg sejak tahun 1880 namun izin pendirian masjid baru keluar di tahun 1906. lokasi nya yang berada tepat di seberang benteng Peter & Paul sempat ditentang oleh banyak pihak, namun penentangan itu berhenti dengan sendirinya ketika TsarNicholas II memberikan izin bagi pembelian lahan dan pendirian masjid di lokasi tersebut pada tanggal3 Juli 1907.
Pengumpulan dana untuk pembangunan masjid itu memakan waktu selama 10 tahun untuk mengumpulkanan dana sebesar 750 ribu rubbels dari beberapa sponsor kaya, Ahun Ataulla Bayazitov menjadi ketua komite pembangunan masid. Sementara pembelian lokasi, berikut biaya pembangunan seluruhnya dibayar oleh Said Abdoul Ahad Amir Buharskiy Emir dari Bokara.
Kontes arsitektur masjid yang diselenggarakan oleh komite pembangunan masjid dimenangkan oleh arsitek Nikolai Vasilyev, Stepan Krichinskiy danAlexander von Gogen. Tiga tiganya adalah arsitek non muslim.
Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 1910 dihadiri oleh pemerintah, tokoh tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki dan Persia, Mufti Orenburg Sultanov, pimpinan partai Islam di Gos Duma Tevkelev dan ketua komite pembangunan sekaligus inisiator pembangunan masjid,Ahun Ataulla Bayazitov.
Masjid Saint Petersburg mulai digunakan pertama kali di tahun 1913, menandai peringatan 300 tahun berkuasanya keluarga Romanov di Rusia. Meskipun kala itu pembangunan masjid belum selesai seratus persen.
Keseluruhan proses pembangunan baru selesai tujuh tahun kemudian dan dibuka untuk umum secara reguler menyelenggarakan kegiatan peribadatan di tahun 1920. Runtuhnya kekuasan Tsar Rusia oleh Rezim Komunis Uni Sovietyang kemudian menutup Masjid Saint Petersburg dan mengubahnya menjadi gudang penyimpanan perlengkapan medis ditahun 1940 hingga tahun 1956.
Kharisma Soekarno
Pemerintahan komunis Uni Soviet mengambil alih dan menutup masjid Saint Petersburg ini di tahun 1940 dan menjadikannya sebagi gudang hingga tahun 1956. di tahun 1956, Presiden Republik Indonesia, Bung Karno bersama putri kecilnya, Megawati Soekarno Putri, mengunjungi kota Saint Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrat.
Namun sebuah kekecewaan menerpa sang pemimpin besar ketika beliau mengetahui kondisi masjid tersebut yang diperlakukan tidak selayaknya sebagai masjid. Kekecewaan itu yang kemudian dilontarkannya kepada Presiden Uni Soviet Kruschev di jamuan kenegaraan di Kremlin.
10 hari paska kepulangan Bung Karno ke tanah air, secara mengejutkan keluar perintah resmi dari Kremlin untuk memfungsikan kembali Masjid Saint Petersburg dan mengembalikannya kepada kaum muslimin tanpa syarat apapaun.
Kado dari Bung Karno yang teramat indah bagi Muslim Saint Petersburg, dan sejarah inilah yang kemudian menjadi sebuah kenangan begitu manis bagi MuslimSaint Petersburg. Kharisma Bung Karno memang luar biasa.
Putri kecil Bung Karno, Megawati Soekarno Putri, puluhan tahun kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia Ke 5 dan berkunjung ke masjid Saint Petersburg di tahun 2003 sempat menangis terharu mendengar catatan sejarah ayahandanya tersebut yang dituturkan oleh imam masjid Saint Petersburg, Zhapar N Panchaev.
Kala itu Presiden Megawati berjanji akan memberikan hadiah sebuah ukiran kaligrafi surah Alfatihah dari kayu untuk menghias masjid tersebut. Dan hadiah dari Presiden Megawati itu disampaikan oleh duta besar Republik Indonesia untuk Rusia, Susanto Pudjomartono pada tanggal 3 Juni 2005.
Ukiran kaligrafi surah Al-Fatihah berukuran 220 x 105 mm itu, kini menghias masjid Saint Petersburg. SelainMegawati Soekarno Putri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, juga pernah berkunjung ke masjid ini dalam sebuah kunjungan kenegaraan tanggal 30 Nopember 2006.
Bulan maret 2010 yang lalu Muslim di Saint Petersburg merayakan 100 tahun masjid Saint Petersburg. Perayaan yang juga dihadiri oleh perwakilan perwakilan Negara Islam di Rusia. Termasuk Indonesia yang terntunya memiliki keterkaitan sejarah tersendiri dengan masjid ini.
Arsitektur Masjid Saint Petersburg
Ide dasar bangunan masjid ini terinspirasi dari dari arsitektur Masjid Tamerlan's kawasan asia tengah. Kubah besarnya itu di ilhami dari bangunan maosolium Gur Emir di Samarkand yang dibangun di abad ke 15. Temboknya di hias dengan granit abu abu tua menjadikan bangunan masjid ini tampak lebih alami dan monumental diantara bangunan disekelilingnya, Fasad depan masid dihias dengan kaligrafi Al-qur’an.
Arsitektur tradisional Islam sangat jelas pada ekterior dan interior masjid Saint Petersburg. Kolom kolom yang menyanggah lengkungan lengkunan dibawah kubah di tutup dengan pualam hijau. Di pusat ruang utama tergantung lampu gantung raksasa juga di hias dengan kaligrafi Al-Qur’an. Sedangkan ruang mihrab di hias dengan keramik keramik berwarna biru. Tambok dalam masjid penuh dengan ornamen ornamen indah.
Masjid indah ini dilengkapi dengan dua menara setinggi 49 meter lengkap dengan kubah setinggi 39 meter. Dengan kapasitas mencapai 5000 jemaah. Restorasi besar besaran di tahun 1980 membuat masjid ini mampu mempertahankan rekornya sebagai salah satu masjid terbesar di Eropa.
Pemisahan antara jemaah pria dan wanita bukan dengan pemberian partisi di ruang yang sama, tapi dengan pemisahan tempat. Lantai dasar masjid diperuntukkan bagi jemaah pria sementara lantai satu masjid diperuntukkan khusus untuk jemaah wanita.
Kubah masjid ini dibuat dengan rancang bangun sarang lebah madu. Konstruksi sarang lebah madu dengan mudah terlihat pada ornamen bagian dalam kubah dengan rangkaian bentuk hexagonal berukir dalam baluran dominasi warna biru menghias bagian dalam kubah. Kubah berwarna biru nan indah itu terlihat dengan sempurna dari jembatan Trinity.
Aktivitas Masjid Saint Petersburg
Di hari jum’at sebelum sholat jum’at dilaksanakan, dibacakan ayat ayat suci Al-qur’an. Khutbah disampaikan dalam dua bahasa, bahasa Tatar dan Bahasa Rusia. Tak hanya menyelenggarakan kegiatan peribadatan, Masjid Saint Petersburg juga menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan Islam terkemuka diSaint Petersburg.
Imam Masjid dan Mufti Saint Petersburg Cafer Nasibullahoglu mengatakan bahwa ketika masjid Saint Petersburg sudah ada 8000 muslim yang di kota itu dan sudah menjadi salah satu komunitas terbesar di Saint Petersburg kala itu.
Bandingkan dengan saat ini, Muslim di kota Saint Petersburg sudah mencapai 700 ribu jiwa dan masjid-masjid di kota ini sudah tak mampu lagi menampung jamaah yang membludak, dan sudah menjadi pemandangan umum bila jamaah sholat jum’at di kota ini dan di kota kota lain di Rusia senantisa meluber hingga ke jalan raya.
No comments:
Post a Comment