Thursday, 9 August 2012

Afellay: Melebihi Sepak Bola, Agama Tetap Nomor Satu


Bagi Afellay, bergabung dengan klub sebesar Barcelona, seperti mimpi yang jadi kenyataan. Tak heran ketika ia mendapat tawaran dari El Barca, ia langsung menangaapi positif dan menampik sejumlah tawaran dari klub Inggris seperti, Arsenal, Manchester United, Manchester City dan Chelsea. 

Mantan pemain PSV Eindhoven ini dikaruniai talenta bermain bola hebat. Setelah tekun berlatih keras siang-malam mengasah teknik bermain bola, kesuksesan pun menghampirinya. Padahal dulunya gang sempit di dekat rumahnya menjadi arena penggemblengan dirinya.

Untuk menghemat ongkos, ia kerap pergi ke tempat latihan sepakbola di Eindhoven dari tempat tinggalnya di Ultrech menggunakan kereta api. Kadang pula ia menumpang pada truk terbuka. Sekarang, Afellay bisa mengangkat ekonomi keluarga melalui sepak bola. Kini, bolak-balik dari tempat latihan di Stadion Nou Camp ia menggunakan mobil mewah.

Meski sudah meroket reputasinya, mantan kapten PSV Einhoven itu tetap mengijakkan kaki dibumi. Pemain yang memperkuat Barcelona ini memang memiliki identitas Muslim yang cukup jelas, baik secara fisik maupun tingkah laku.

Dia memiliki wajah khas jazirah Arab dan berkepribadian santun. Mantan gelandang serang PSV Eindhoven ini dianggap sebagai salah satu pemain berbakat dalam persepakbolaan Belanda.

Agama Nomor satu
Di luar lapangan hijau, gelandang timnas Belanda Ibrahim Afellay merupakan pesepakbola berbakat yang taat kepada agamanya. Saat masih bermain di Eredivisie Belanda, setiap bulan Ramadan tiba, ia tetap berpuasa.

Ia tidak mau mengambil keringanan dengan mengganti puasa di lain hari dengan alasan bakal kepayahan secara fisik. Bagi Afellay, ritual agama tidak boleh dikompromikan dan tetap harus diutamakan di atas segalanya.

Baginya, agama tetap nomor satu, bahkan melebihi sepak bola. Dengan berpegang teguh pada agama, ia berharap bisa mendapatkan hasil terbaik dalam kariernya. 

Secara menakjubkan, Afellay pernah dinobatkan sebagai seorang muslim teladan di Belanda, atau biasa disebut “Moslim Van Het Jaar”. “Itu memberikan saya sebuah perasaan positif,” ujar dia.

Tentang berpuasa saat kompetisi, Afellay bertutur, “Saya berpegang pada keyakinan saya secara taat. Tidak masalah betapa sulitnya ini, it gives me a good feeling.” ujarnya kepada PSV.netwerk.

Ibuku Sumber Inspirasiku
Bagi Afellay segala prestasi yang diraihnya didedikasikan untuk ibunda yang sangat dicintainya. Tidak salah, kalau ia merasa bangga bisa berfoto bersama dengan sang ibu yang sejak kecil mendidiknya untuk menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah. Ia menganggap orang yang telah melahirkannya itu sebagai sumber inspirasinya di dunia.

Ia punya kisah menyedihkan terkait ibunya. Saat belum sepupoler sekarang, ibunya tak pernah punya waktu untuk menonton kehebatannya saat bertanding. Padahal, ketika itu, bakat Afellay sudah menjadi perbincangan di kotanya.

"Aku tahu ibu sangat ingin menonton permainanku. Tapi aku tahu pula ia tidak ada waktu karena harus bekerja membanting tulang, dan mengasuh saudaraku yang lain," kata dia.

Semua lantaran kehidupan gelandang Barcelona ini layaknya roda yang berputar. Ia pernah mengalami titik nadir kehidupan ketika sang ayah dipanggil Yang Maha Kuasa ketika usianya masih kecil. Sang ibu akhirnya harus mengurus keempat saudaranya yang juga masih kecil sekaligus menjadi tulang punggung keluarga.

“Saya dari keluarga miskin. Saya anak yatim, ayahku meninggal sejak aku kecil. Untunglah aku punya ibu luar biasa. Dia yang menghidupi saya dengan bekerja keras dan tetap mengasuh kami dengan penuh kasih sayang,” terangnya dilansir dari PSV.netwerk.

Ia selalu mengajak dan melibatkan ibunya, Habiba jika ingin mengambil keputusan penting. Termasuk memboyong Habiba dari Maroko itu ke Barcelona. "Aku bermain sepakbola ini khusus untuk ibuku, demi kebahagiaannya," ujar Afellay mengakhiri.

No comments: